*** SELAMAT DATANG DI BLOG - DESA TUABATU - KAB TALAUD ***

Senin, 10 September 2012

MUJIZAT "PATUNG TUHAN YESUS" Di KOTA BITUNG

 Sebuah fenomena iman terjadi di Kota Bitung. Tepatnya di Kompleks Perumahan Mutiara, Kecamatan Matuari. Adalah Jemri Resso (29) yang bekerja serabutan mampu membuat sebuah patung Yesus yang membuat heboh warga. Pasalnya, Jemri penganut agama Islam, dan sebelumnya tidak pernah sama sekali mampu membuat patung.

Jemri juga memberi kesaksian, kepalanya ikut sakit ketika dia menancapkan paku di kepala patung tersebut. "Kepala saya turut sakit luar biasa, seperti ditancap paku saja," ujarnya di tengah kerumunan ribuan warga yang datang dari berbagai pelosok yang memadati rumah sederhana tempat keluarganya tinggal.

Jemri Resso merupakan anak ketiga dari enam bersaudara pasangan Kasenangan Resso dan Hamidah Resso. Ayahnya menganut agama Kristen, sedangkan ibunya seorang penganut agama Islam. Jemri sendiri baru berada di Bitung sekitar 5 bulan lamanya. Sebelumnya dia tinggal di Luwuk, Sulawesi Tengah.

Karena warga yang berdatangan semakin banyak, akhirnya keluarga Jemri memutuskan untuk menyerahkan patung tersebut kepada pihak Gereja. "Ini juga atas perintah dalam mimpi tersebut. Saya menyerahkannya secara ikhlas, sebagaimana yang diberi petunjuk," katanya.

 
Selasa (04/09) soreh patung tersebut dipindahkan oleh warga setempat ke Gereja GMIM Musafir Sagerat yang tidak jauh dari rumah Jemri. Ketua Jemaat GMIM Musafir Pdt. Nova Tumengkor Rompas menyambut sukacita penyerahan patung tersebut. "Kami menggangap ini merupakan pekerjaan iman, sebagai sebuah karya Ilahi. Jemri merupakan orang yang dipilih TUHAN YESUS untuk menunjukkan kuasa Ilahi tersebut, walau dia beragama Muslim," ujar Pendeta Nova. Jemaat Musafir sendiri berjanji untuk membuatkan sebuah lokasi untuk meletakkan patung tersebut.

 Anggota Jemaat GMIM Musafir, Hotman Welung (62) menganggap bahwa apa yang terjadi tersebut merupakan sebuah Mujizat. "Beberapa hari ini kompleks kami ramai dikunjungi orang dari berbagai penjuru. Mereka mau melihat secara langsung patung tersebut," katanya.

Diiringi ribuan warga akhirnya patung Yesus setinggi 173 cm karya Jemri tersebut dipindahkan di dalam gedung Gereja. "Anehnya walau terbuat dari campuran semen dan pasir, tetapi jika disentuh badan patung tersebut terasa lunak, seperti tubuh manusia," ujar salah satu warga.

Patung Tuhan Yesus di Greja GMIM Musafir Bitung 

Mujizat telah terjadi bukan hanya di kota Bitung, tetapi di berbagai tempat. oleh sebab itu marilah kita sebagai warga kristiani umat pilihan Allah tetap terus berpegang dan bersandar kepada Tuhan Yesus yang adalah Tuhan dan Juruselamat yang hidup. 

Kamis, 23 Agustus 2012

Burung Nuri TALAUD - SAMPIRI

SAMPIRI :

Sampiri (Nuri Talaud)

Burung yang memiliki bulu berwarna-warni ini dikenal dengan kecantikannya. Keluarga burung berparuh bengkok ini dapat ditemukan dikawasan kepulauan terluar indonesia tepatnya di Kepulauan Sangihe Talaud, burung yang terkenal karena kecantikan warna bulu-bulunya ini memiliki postur tubuh sedang, namun kokoh. Kepalanya besar dengan paruh besar dan berkait. kakinya kuat dan lincah dengan jari yang menghadap ke belakang. Tentu saja, jika diperhatikan, burung ini selain cantik juga gagah. Burung pemakan buah-buahan, biji-bijian ini sangat suka membuat sarang di lubang-lubang yang ada di pohon. Kemampuan terbangnya sangat cepat, suaranya yang tajam dan keras mampu membuat siapa pun berpaling untuk memperhatikan keindahannya.

Burung nuri memiliki beberapa spesies, namun yang terkenal adalah nuri pelangi. Pulau Maluku memiliki beberapa pulau kecil yang didiami oleh nuri pelangi, beberapa daerah pun menjadi daerah penyebaran spesiesnya diantaranya Sumbawa, Papua Barat, Flores, dan Lombok. Burung cantik yang dikenal dengan nama burung kasturi, ekornya yang agak bersudut merupakan ciri khas burung ini, selain itu para kolektor sangat menyukai warnanya yang indah dan cantik.
Burung nuri pelangi memiliki sisik-sisik di bagian bawah bulunya. Hal itulah yang membuat warnaya menjadi semakin cantik. Burung nuri pelangi sangat suka terbang berbarengan dengan kelompoknya. Saat terbang bersama biasanya mengeluarkan suara yang sangat ramai. Selain burung nuri pelangi, burung nuri jenis lain yang sangat cantik yaitu; burung nuri merah kepala biru, ada juga nuri merah yang memiliki bulu-bulu berwarna merah, namun berwarna kepala hitam. Dan yang tidak kalah cantik, yaitu burung nuri berwarna hijau dan kuning.


Ada juga nuri yang memiliki sayap hitam bahkan yang berwarna hitam. Sayangnya, saat ini burung nuri yang terkenal dengan kecantikan dan keindahan warna bulunya sudah hampir punah. Hal ini disebabkan oleha habitat tempat tinggalnya yang rusak, hutan-hutan tempat tingggal yang ditebangi pohon-pohonnya sehingga burung ini kehilangan tempat tinggal. Selain itu, burung nuri banyak ditangkapi oleh pemburu untuk dijadikan hewan peliharaan dan ada juga yang menjualnya ke negara - negara tetangga seperti filipina. Tentu saja, hal ini dikarenakan banyak sekali yang menyukai burung ini.


Nuri Talaud (SAMPIRI)
Saat ini, tak kurang 119 jenis burung di Indonesia terancam punah. Penyebabnya adalah perburuan, perdagangan liar dan kerusakan habitat. Pada hal Indonesia merupakan habitat lebih dari 1500 jenis burung.

Dari 119 jenis yang terancam punah, terdapat lima jenis burung yang sudah sangat kritis karena terancam punah. Burung-burung dimaksud adalah Nuri Talaud (Eos histrio), Kakaktua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea), Kakatua Seram (Cacatua Moluccansis), Jalak Bali (Leucopsar rothchildi), Trulek Jawa (Vanellus macropterus) dan Seriwangsa Sangihe (Eutrichomyias rowleyi).

Sebenarnya berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah kepunahan hewan kekayaan Indonesia itu, namun semuanya tampak tidak efektif, akibat maraknya perdagangan illegal hewan-hewan langka itu. Perdagangan burung Nuri Talaud (Eos histrio) atau penduduk setempat menyebutnya “Sampiri”, misalnya, hingga kini terus merajalela. Tak kurang ratusan ekor burung yang berharga tinggi ini diselundupkan ke luar negeri.

Perdagangan burung Nuri Talaud jelas melanggar hukum, karena hewan tersebut termasuk satwa yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 tahun1999, serta ketentuan internasional mengingat dalam Appendix I CITES ditegaskan bahwa burung tersebut tidak boleh diperdagangkan antar negara. Nuri Talaud (Sampiri)
Kepulauan Sangihe Talaud (Sulawesi Utara) sebagai salah satu Daerah Burung Endemik di Indonesia (EBA 167), memiliki tak kurang 11 jenis burung endemik selain beberapa spesies endemik lainnya seperti empat spesies mamalia, dua spesies kupu-kupu dan beberapa spesies tumbuhan yang kesemuanya sangat bergantung kepada keberadaan hutan di kepulauan tersebut. Diantara burung-burung endemik tersebut, Nuri Talaud tampak telah mendapat perhatian masyarakat dunia sejak beberapa abad silam. Ini tampak dari adanya burung Nuri Talaud yang sudah diawetkan pada diaroma di Natural History Museum London Inggris.

Sejak tahun 1760, Nuri Talaud secara ilmiah telah ditetapkan sebagai satu jenis tersendiri berdasarkan koleksi yang ada di museum. Dalam sebuah buku yang terbit di tahun 1889, Sidney J Hickson, juga telah menyinggung satwa langka yang ia temui dalam perjalanannya ke Sangihe Talaud di tahun 1885. Hal yang sama, juga dipaparkan oleh Dr. Murray, seorang naturalis yang mengunjungi pulau Miangas, sebagaimana dikisahkan oleh St. G. Mivart dalam bukunya yang terbit tahun 1898. Sesungguhnya, banyak laporan para naturalis yang menyinggung keberadaan burung tersebut. Namun, ironisnya hampir semuanya menunjukkan telah terjadi perdagangan burung Sampiri sebagai komoditas bernilai tinggi.

Larangan memperdagangkan satwa langka pun tampak tak kuasa membendung perdagangan burung nuri, yang tentu dilakukan secara gelap. Menurut keterangan masyarakat setempat, pada tahun 1960-an, selain kopra, pala dan cengkeh, burung nuri menjadi komoditi andalan yang banyak diselundupkan ke Negara Filipina.

Sementara pada tahun 1990-an, penyelundupan burung nuri, menjadi usaha sampingan para nelayan Filipina yang banyak melakukan illegal fishing di perairan Indonesia untuk dipasok ke General Santos Filipina. Maraknya perdagangan gelap itu terjadi tentu akibat lemahnya pengawasan oleh TNI AL, serta pemerintah daerah setempat.

Menurut informasi, perdagangan burung nuri memang menguntungkan. Para nelayan Filipina biasanya membeli dari penduduk dengan harga . Rp. 50.000 – Rp. 100.000 per ekor. Atau bisa juga dilakukan dengan sistem barter, yakni ditukar dengan panci alumunium, penggorengan, sangkur, dan minuman keras (Tanduay, London Gin, dan minuman berakohol lainnya). Sedangkan para nelayan setiba di Filipina akan menjualnya kembali dengan harga yang berlipat-lipat.

Perdagangan nuri talaud (Sampiri) telah menjadi satwa yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 tahun1999 pada dasarnya melibatkan banyak orang. Jalinan antara penangkap, penadah, pedagang perantara, dan pedagang besar, telah membentuk jaringan yang menghubungkan Talaud, Jakarta, Filipina dan Singapura.
Nuri Talaud (SAMPIRI)

Sarana perhubungan yang terbatas, ketrampilan masyarakat sangat rendah, ketidak-tahuan masyarakat umum, dan ketidak-mengertian anggota legislatif menjadi faktor pemicu perdagangan Nuri Talaud. Lemahnya pengawasan baik yang dilakukan TNI AL di wilayah perbatasan, kepolisian, dan pemerintah kecamatan di kampung-kampung pesisir menjadi kendala dalam mengurangi tekanan terhadap populasi Nuri Talaud akibat perdagangan illegal. Sementara pemberdayaan hukum yang lemah dan sikap yang korup telah turut melestarikan kegiatan bisnis ilegal ini.

Pemerintah sebenarnya telah berusaha menjaga kelestarian hewan-hewan langka tersebut, antara lain dengan menetapkan kawasan hutan konservasi di Kepulauan Sangihe Talaud. Di pulau Sangir Besar tak kurang sekitar 3,549 ha areal dijadikan Hutan Lindung Sahendaruman sedangkan di Pulau Karakelang sekitar 24,669 ha dijadikan areal Suaka Margasatwa Karakelang dan 9000 ha sebagai areal Hutan Lindung.

Sayangnya, keberadaan hutan konservasi tersebut sangat rentan akibat maraknya perambahan hutan, pencurian kayu, perburuan dan perdagangan satwa liar, serta pencemaran lingkungan.

Pemerintah daerah menyadari arti penting kawasan ini, dan mendukung perlindungan serta keberadaan kawasan-kawasan tersebut. Namun, belum adanya kesepakatan antara masyarakat dan pemerintah berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam serta kejelasan batas kawasan hutan menyebabkan kurang efektifnya perlindungan yang dilakukan pemerintah.

 Referensi :
  • http://ibach77.blogspot.com/2008/06/saat-ini-tak-kurang-119-jenis-burung-di.html
  •  Yayasan Sampiri Kabupaten Kepulauan Sangihe - Talaud

Rabu, 22 Agustus 2012

KASKUS BERUANG SULAWESI & KASKUS BERUANG TALAUD


Kuskus Beruang Sulawesi dan Kuskus Beruang Talaud adalah dua spesies anggota genus Kuskus Beruang (genus Ailurops) yang hidup endemik di Sulawesi. Kuskus Beruang Sulawesi (Ailurops ursinus) hanya dapat ditemukan di daratan pulau Sulawesi, Peleng, Muna, Buton, dan Togian.
Sedangkan saudaranya, Kuskus Beruang Talaud (Ailurops melanotis), merupakan hewan endemik yang hanya hidup di pulau Salibabu, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.
Kuskus Beruang (Ailurops spp.) merupakan anggota famili Phalangeridae (kuskus) dan merupakan salah satu mamalia berkantung (marsupialia) yang terdapat di Indonesia selain kanguru. Seperti halnya kanguru, setelah melahirkan anaknya, kuskus merawat dan membawa anaknya di dalam kantung yang terdapat di perutnya. Kuskus Beruang yang terdiri atas dua jenis ini merupakan spesies kuskus terbesar. Mungkin lantaran tubuhnya yang besar hingga berukuran satu meter itu, genus kuskus ini dinamai Kuskus Beruang. Selain itu Kuskus Beruang disebut juga sebagai Kuse.

Kuskus Beruang Sulawesi di habitatnya Seperti halnya jenis Kuskus lainnya, Kuskus Beruang merupakan hewan pendiam dan pemalu. Binatang ini nyaris tidak bersuara kecuali kalau sedang merasa terganggu yang akan mengeluarkan suara menyerupai decak diselai-selain suara engahan. Dan mungkin lantaran sifatnya yang pendiam ini kemudian banyak orang yang menyamakan Kuskus dengan Kukang.

Kuskus Beruang atau Kuse dewasa hidup secara soliter (sendiri-sendiri) dan merupakan hewan arboreal (lebih banyak aktif di atas pohon). Untuk membantu aktifitasnya di atas pohon, Kuskus Beruang dilengkapi dengan ekor prehensil. Seperti pada Binturong, ekor prehensil itu berfungsi layaknya sebagai kaki kelima yang mampu mencengkram benda dan melilit dahan pohon saat berpindah tempat.
Berbeda dengan berbagai jenis Kuskus lainnya yang umumnya nokturnal (aktif di malam hari), Kuskus Beruang merupakan hewan diurnal alias beraktifitas di siang hari meskipun aktifitasnya lebih banyak digunakan untuk tidur. Hewan ini baru terjaga jika merasa lapar.

Kuskus Beruang terdiri dua spesies yang kemudian dinamai berdasarkan lokasi atau daerah sebarannya yakni Kuskus Beruang Sulawesi (Ailurops ursinus) dan Kuskus Beruang Talaud (Ailurops melanotis).
Kuskus Beruang Sulawesi (Ailurops ursinus). Kuskus Beruang Sulawesi yang mempunyai nama latin Ailurops ursinus ini dalam bahasa Inggris di kenal sebagai Bear Cuscus, Bear Phalanger, Sulawesi Bear Cuscus. Daerah sebarannya mulai dari pulau Sulawesi, pulau Muna, pulau Peleng, pulau Togian, dan pulau Buton.


Kuskus Beruang Sulawesi di dalam kandang
Kuskus Beruang Sulawesi (Ailurops ursinus) mempunyai ukuran tubuh mencapai 60 cm dengan ekor yang panjangnya hampir sama dengan panjang tubuhnya. Berat tubuh Kuskus Beruang Sulawesi dewasa mencapai 8 kg. Warna bulunya hitam, kecoklatan, dan abu-abu.
Meskipun masih bisa ditemui di beberapa tempat seperti Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (Sulawesi Utara) dan TN. Lore Lindu (Sulawesi Tengah), populasi Kuskus Beruang Sulawesi (Ailurops ursinus) diyakini mengalami penurunan drastis. Oleh karenanya IUCN Red List memasukkan Kuskus Beruang Sulawesi (Ailurops ursinus) dalam kategori Vulnerable.

Kuskus Beruang Talaud (Ailurops melanotis). Kuskus Beruang Talaud (Ailurops melanotis) pernah dianggap sebagai sub-spesies dari Kuskus Beruang Sulawesi. Kuskus yang dalam bahasa Inggris disebut Talaud Bear Cuscus ini mempunyai daerah persebaran yang terbatas di pulau Salibabu (Kepulauan Talaud) dan Sangihe di Sulawesi Utara saja.

Ciri-ciri fisik Kuskus Beruang Talaud hampir menyerupai saudaranya Kuskus Beruang Sulawesi hanya saja memiliki ukuran tubuh yang rata-rata lebih kecil serta dari warna bulunya yang lebih coklat kepucatan.


Kuskus Beruang Talaud
Populasi Kuskus Beruang Talaud diyakini lebih terancam kepunahan dibandingkan saudaranya di daratan Sulawesi. Oleh karena itu, IUCN Red List memasukkan hewan spesies endemik pulau Talaud ini dalam status konservasi Critically Endangered, yang merupakan status keterancaman tertinggi sebelum dinyatakan punah.
Menurunnya populasi Kuskus Beruang, baik Kuskus Beruang Sulawesi (Ailurops ursinus) maupun Kuskus Beruang Talaud (Ailurops melanotis) disebabkan oleh deforestasi hutan akibat pembukaan lahan untuk konversi hutan dan pembalakan liar. Selain itu juga diakibatkan oleh aksi perburuan liar baik untuk diambil dagingnya sebagai bahan makanan maupun diperdagangkan sebagai binatang peliharaan.
Anehnya lagi, dalam Lampiran Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, ternyata kuskus yang dilindungi hanya yang dari genus Phalanger saja. Sedangkan Kuskus Beruang Sulawesi mapun Kuskus Beruang Talaud yang merupakan anggota genus Ailurops, ternyata belum tercantum di dalamnya.
Sudah pemalu saja, Kuskus Beruang asal Sulawesi dan Talaud ini tetap tidak dilindungi sehingga banyak diburu hingga nyaris punah. Kok yang memburu malah tidak malu?.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Diprotodontia; Famili: Phalangeridae; Genus: Ailurops; Spesies: Ailurops ursinus dan Ailurops melanotis

 Referensi dan Gambar :

  • www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/40637/0
  • Gambar: wikipedia.org dan www.arkive.org